"jangan percaya ramalan bintang"
"Horoskop atau mudahnya kita sebut ramalan nasib seseorang dengan melihat bintang kelahirannya, termasuk satu kolom atau rubrik yang laris manis di surat kabar, tabloid, ataupun majalah. Bahkan bisa ditanyakan lewat sms ke paranormal tertentu yang memasang iklan di sejumlah media. Yang berbintang pisces, pantasnya berjodoh dengan yang berbintang A. Keberuntungan di tahun ini demikian dan demikian… Dalam waktu-waktu dekat ini ia jangan bepergian keluar kota karena bahaya besar mengancamnya di perjalanan. Untuk yang berbintang sagitarius, tahun ini lagi apes… Tapi di penghujung tahun akan untung besar, maka bagusnya ia usaha begini dan begitu… Cocoknya ia mencari pasangan gemini. Demikian contoh ramalan yang ada!
Anehnya, ramalan dusta seperti ini banyak yang percaya. Bahkan di antara mereka bila melihat surat kabar atau majalah, rubrik dusta ini yang pertama kali mereka baca. Khususnya yang menyangkut bintang kelahiran mereka atau bintang kelahiran kerabat dan sahabat mereka. Ada yang menggantungkan usaha mereka dengan ramalan bintang, untuk mencari jodoh lihat apa bintangnya dan seterusnya.
Meyakini bahwa bintang-bintang
memiliki pengaruh terhadap kejadian di alam ini hukumnya haram.
Kejadian seperti ini bukan muncul belakangan behkan merupakan keyakinan
kuno, keyakinan kaum Namrud, raja yang kafir zalim, yang kepada mereka
Nabiullah Ibrahim ‘alaihissalam diutus. Mereka dinamakan kaum Shabi`ah,
para penyembah bintang-bintang . Mereka membangun haikal dan rumah-rumah ibadah untuk menyembah bintang-bintang tersebut. Mengakar dalam keyakinan mereka bahwa bintang-bintang mengatur perkara di alam ini. Wallahul musta’an (Allah Subhanahu wa Ta’ala sajalah yang dimintai pertolongan-Nya ),
keyakinan syirik tersebut telah diwarisi oleh umat yang datang setelah
mereka. (I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh Shalih
Al-Fauzan hafizhahullah, 2/19)
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan bintang-bintang
bukan untuk dijadikan tandingan-Nya sebagai pengatur alam semesta ini,
atau sekadar memberi pengaruh terhadap kejadian di muka bumi. Sungguh,
bintang-bintang tidak ada hubungannya dengan nasib dan keberuntungan seseorang.
Qatadah ibnu Di’amah As-Sadusi rahimahullahu, seorang imam yang mulia dalam masalah tafsir, hadits, dan ilmu yang lainnya mengatakan, “Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan bintang-bintang
ini untuk tiga hikmah atau faedah, Pertama: sebagai penghias langit.
Kedua: sebagai pelempar setan. Ketiga: sebagai tanda-tanda dijadikan
petunjuk. Siapa yang menafsirkan dengan selain tiga faedah tersebut,
sungguh ia telah salah dan menyia-nyiakan bagiannya[1]. Ia juga telah
membebani dirinya dengan sesuatu yang tidak memiliki ilmu tentangnya.”
(Diriwayatkan oleh Al Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam Shahih-nya,
Kitab Bad`ul Khalqi, bab Fin Nujum)
Faedah pertama dari penciptaan bintang-bintang ditunjukkan seperti dalam firman Allah ‘Azza wa Jalla:
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya Kami menghiasi langit dunia dengan perhiasan bintang-bintang .” (Ash Shaffat: 6)
Faedah kedua sebagai pelempar setan, seperti dalam ayat:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Sungguh Kami telah menghiasi langit dunia dengan pelita-pelita dan Kami jadikan pelita-pelita tersebut sebagai pelempar para setan….” (Al-Mulk: 5)
Kenapa setan-setan itu dilempar? Karena mereka berupaya mencuri berita dari para malaikat di langit untuk kemudian disampaikan kepada dukun/tukang ramal, kekasih mereka dari kalangan manusia. Lalu dukun ini mencampurinya dengan seratus kedustaan.
Sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus, para setan ini bebas mencuri berita dari langit. Namun ketika beliau telah diangkat sebagai nabi dan rasul, Allah ‘Azza wa Jalla menjaga langit dengan panah-panah api yang dilepaskan dari bintang-bintang
sehingga membakar dan membinasakan setan yang jahat tersebut. Allah
‘Azza wa Jalla menyampaikan kepada kita pengabaran para jin tentang diri
mereka dalam ayat-Nya yang mulia:
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ ۖ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
“Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui rahasia langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-denga rkan berita-beritany a. Tetapi sekarang barangsiapa yang mencoba mendengar-denga rkan
seperti itu tentu akan menjumpai panah api yang mengintai untuk
membakarnya. Dan sungguh dengan adanya penjagaan tersebut kami tidak
mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi
ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.” (Al-Jin: 8-10)
Faedah ketiga, bintang-bintang dijadikan sebagai tanda/petunjuk arah dan semisalnya. Sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kalian dan Dia menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kalian mendapatkan petunjuk. Dan Dia ciptakan tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.“ (An-Nahl: 15)
Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan tanda-tanda di bumi dan di langit bagi musafir sebagai penunjuk arah bagi mereka. Tanda-tanda di bumi seperti jalan-jalan dan gang-gang, demikian pula gunung-gunung. Tanda-tanda di langit berupa bintang, matahari dan bulan. Orang-orang menjadikan bintang-bintang
sebagai petunjuk/tanda bagi mereka ketika mereka melakukan perjalanan.
Terlebih lagi di tengah lautan yang tidak bergunung dan tidak ada
rambu-rambu. Demikian pula perjalanan di malam hari, dengan melihat
bintang tertentu mereka jadi mengerti arah sehingga mereka bisa menuju
arah yang mereka inginkan. (I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid,
2/21)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang untuk kalian agar kalian menjadikannya sebagai petunjuk dalam kegelapan di daratan dan di lautan.” (Al-An’am: 97)
Maksudnya, dengan bintang-bintang tersebut kalian dapat mengetahui arah tujuan kalian (dalam perjalanan). Bukankah yang dimaksudkan di sini bahwa bintang-bintang itu dijadikan petunjuk dalam ilmu gain, sebagaimana diyakini oleh para ahli nujum. (Fathul Majid, 2/529)
Siapa yang ingin menambah lebih dari tiga perkara ini seperti meyakini bintang-bintang
itu menunjukkan kejadian di muka bumi, turunnya hujan, berhembusnya
angin, kematian atau kehidupan seseorang, maka semuanya itu mengada-ada
dan mengaku-aku tahu ilmu gaib. Padahal tidak ada yang tahu tentang
perkara gaib kecuali hanya Allah ‘Azza wa Jalla. Dia Yang Maha Suci
berfirman:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah (ya Muhammad) tidak ada seorang pun yang ada di langit dan di bumi mengetahui perkara gaib kecuali Allah saja.” (An-Naml: 65)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alusy Syaikh rahimahullahu berkata mengomentari ucapan Qatadah di atas, “Perhatikanlah kemungkaran yang diingkari oleh Imam ini yang terjadi di masa tabi’in hingga sampai pada puncaknya di masa-masa ini. Bala merata di seluruh penjuru negeri, baik sedikit maupun banyak. Namun jarang didapatkan orang yang mengingkarinya dalam agama. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (Fathul Majid, 2/528-529)
Meramal nasib dengan gerakan-gerakan bintang dan bentuknya termasuk dalam apa yang diistilahkan dengan ilmu ta`tsir, yaitu keyakinan bahwa bintang-bintang
memberi pengaruh di alam ini. Ilmu ini haram hukumnya. Ilmu ini terbagi
tiga macam, sebagiannya lebih haram daripada yang lainnya.
Pertama: meyakini bahwa bintang-bintang itulah yang menjadikan peristiwa-peris tiwa
di alam ini baik berupa kebaikan ataupun kejelekan, sakit ataupun
sehat, paceklik ataupun panen raya, dan selainnya. Sumber kejadian di
alam ini adalah gerakan-gerakan
dan bentuk-bentuk bintang. Keyakinan kaum Shabi`ah ini merupakan
penentangan kepada Sang Pencipta ‘Azza wa Jalla, karena menganggap
adanya pencipta selain Dia, dan merupakan kekufuran yang nyata
berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.
Kedua: seseorang tidak meyakini bahwa bintang-bintang itu yang menjadikan peristiwa di alam ini. Tapi menurutnya bintang-bintang
itu hanya sebab yang memberi pengaruh. Adapun yang menciptakan adalah
Allah ‘Azza wa Jalla. Keyakinan ini pun batil, karena Allah Subhanahu wa
Ta’ala tidak pernah menjadikan bintang-bintang itu sebagai sebab, dan bintang tersebut tidak ada hubungannya dengan apa yang berlangsung di alam ini.
Ketiga: menjadikan bintang-bintang
sebagai petunjuk atas kejadian yang akan datang. Ini merupakan bentuk
pengakuan terhadap ilmu gaib, masuk dalam katagori perdukunan serta
sihir. Hukumnya kafir menurut kesepakatan kaum muslimin. (Al-Qaulul
Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin
rahimahullah 2/5,6)
Ketiga macam ilmu ta`tsir ini batil, kata Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah. Namun sayangnya, perkara batil ini disebarkan di kolom khusus pada sebagian majalah yang tidak berpegang dengan ajaran Islam. Disebutkan bahwa pada bintang A akan diperoleh ini dan itu bagi siapa yang melangsungkan pernikahan, atau siapa yang berjual beli akan beroleh laba. Sementara bintang B nahas/sial. Semua itu termasuk keyakinan jahiliah. (I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah, 2/25)
Al-Khaththabi rahimahullah berkata, “Ilmu nujum (perbintangan) yang terlarang adalah ilmu yang diaku-akui oleh ahli nujum bahwa mereka punya pengetahuan tentang alam dan peristiwa-peris tiwa
yang akan terjadi di masa datang. Seperti, kapan waktu berhembusnya
angin dan datangnya hujan, dan kapan terjadi perubahan harga, ataupun
yang semakna dengannya berupa perkara-perkara –menurut pengakuan dusta mereka– yang dapat diketahui dari perjalanan bintang-bintang di garis edarnya dan dari berkumpul atau berpisahnya bintang-bintang tersebut. Mereka mengaku-aku bahwa bintang-bintang tersebut punya pengaruh terhadap alam bawah (bumi).” (Ma’alimus Sunan 4/230, sebagaimana dinukil dalam Fathul Majid 2/527)
Demikianlah. Maka jangan percaya dengan bualan si tukang ramal, apapun sebutan untuknya. Jangan pula percaya dengan omong kosong ramalan bintang. Jangan korbankan akidah dan jangan rusak tauhid anda! Wallahu a’lam bish-shawab."
"Horoskop atau mudahnya kita sebut ramalan nasib seseorang dengan melihat bintang kelahirannya, termasuk satu kolom atau rubrik yang laris manis di surat kabar, tabloid, ataupun majalah. Bahkan bisa ditanyakan lewat sms ke paranormal tertentu yang memasang iklan di sejumlah media. Yang berbintang pisces, pantasnya berjodoh dengan yang berbintang A. Keberuntungan di tahun ini demikian dan demikian… Dalam waktu-waktu dekat ini ia jangan bepergian keluar kota karena bahaya besar mengancamnya di perjalanan. Untuk yang berbintang sagitarius, tahun ini lagi apes… Tapi di penghujung tahun akan untung besar, maka bagusnya ia usaha begini dan begitu… Cocoknya ia mencari pasangan gemini. Demikian contoh ramalan yang ada!
Anehnya, ramalan dusta seperti ini banyak yang percaya. Bahkan di antara mereka bila melihat surat kabar atau majalah, rubrik dusta ini yang pertama kali mereka baca. Khususnya yang menyangkut bintang kelahiran mereka atau bintang kelahiran kerabat dan sahabat mereka. Ada yang menggantungkan usaha mereka dengan ramalan bintang, untuk mencari jodoh lihat apa bintangnya dan seterusnya.
Meyakini bahwa bintang-bintang
Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan bintang-bintang
Qatadah ibnu Di’amah As-Sadusi rahimahullahu, seorang imam yang mulia dalam masalah tafsir, hadits, dan ilmu yang lainnya mengatakan, “Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan bintang-bintang
Faedah pertama dari penciptaan bintang-bintang
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya Kami menghiasi langit dunia dengan perhiasan bintang-bintang
Faedah kedua sebagai pelempar setan, seperti dalam ayat:
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Sungguh Kami telah menghiasi langit dunia dengan pelita-pelita dan Kami jadikan pelita-pelita tersebut sebagai pelempar para setan….” (Al-Mulk: 5)
Kenapa setan-setan itu dilempar? Karena mereka berupaya mencuri berita dari para malaikat di langit untuk kemudian disampaikan kepada dukun/tukang ramal, kekasih mereka dari kalangan manusia. Lalu dukun ini mencampurinya dengan seratus kedustaan.
Sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus, para setan ini bebas mencuri berita dari langit. Namun ketika beliau telah diangkat sebagai nabi dan rasul, Allah ‘Azza wa Jalla menjaga langit dengan panah-panah api yang dilepaskan dari bintang-bintang
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ ۖ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
“Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui rahasia langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-denga
Faedah ketiga, bintang-bintang
وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kalian dan Dia menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kalian mendapatkan petunjuk. Dan Dia ciptakan tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang
Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan tanda-tanda di bumi dan di langit bagi musafir sebagai penunjuk arah bagi mereka. Tanda-tanda di bumi seperti jalan-jalan dan gang-gang, demikian pula gunung-gunung. Tanda-tanda di langit berupa bintang, matahari dan bulan. Orang-orang menjadikan bintang-bintang
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ النُّجُومَ لِتَهْتَدُوا بِهَا فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Dan Dia-lah yang menjadikan bintang-bintang
Maksudnya, dengan bintang-bintang
Siapa yang ingin menambah lebih dari tiga perkara ini seperti meyakini bintang-bintang
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah (ya Muhammad) tidak ada seorang pun yang ada di langit dan di bumi mengetahui perkara gaib kecuali Allah saja.” (An-Naml: 65)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alusy Syaikh rahimahullahu berkata mengomentari ucapan Qatadah di atas, “Perhatikanlah kemungkaran yang diingkari oleh Imam ini yang terjadi di masa tabi’in hingga sampai pada puncaknya di masa-masa ini. Bala merata di seluruh penjuru negeri, baik sedikit maupun banyak. Namun jarang didapatkan orang yang mengingkarinya dalam agama. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (Fathul Majid, 2/528-529)
Meramal nasib dengan gerakan-gerakan
Pertama: meyakini bahwa bintang-bintang
Kedua: seseorang tidak meyakini bahwa bintang-bintang
Ketiga: menjadikan bintang-bintang
Ketiga macam ilmu ta`tsir ini batil, kata Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah. Namun sayangnya, perkara batil ini disebarkan di kolom khusus pada sebagian majalah yang tidak berpegang dengan ajaran Islam. Disebutkan bahwa pada bintang A akan diperoleh ini dan itu bagi siapa yang melangsungkan pernikahan, atau siapa yang berjual beli akan beroleh laba. Sementara bintang B nahas/sial. Semua itu termasuk keyakinan jahiliah. (I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah, 2/25)
Al-Khaththabi rahimahullah berkata, “Ilmu nujum (perbintangan) yang terlarang adalah ilmu yang diaku-akui oleh ahli nujum bahwa mereka punya pengetahuan tentang alam dan peristiwa-peris
Demikianlah. Maka jangan percaya dengan bualan si tukang ramal, apapun sebutan untuknya. Jangan pula percaya dengan omong kosong ramalan bintang. Jangan korbankan akidah dan jangan rusak tauhid anda! Wallahu a’lam bish-shawab."
BUAT
MUSLIM WAJIB INI DI BACA..!!! HUKUM TENTANG MENGUCAPKAN SELAMAT ULANG
TAHUN PADA TEMAN KITA... JIKA ANDA PEDULI PADA SESAMA MUSLIM..
SEBAKANNLAH INI SEMAMPU ANDA..
From Group: Manajemen Qolbu
سْـــــــــــــ ـمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــم Ma'af Kawan..Saya Gak Ngucapin Selamat ULTAH-mu. Ternyata ULANG TAHUN ada Dalam INJIL MATIUS 14:6 dan INJIL MARKUS 6:21
Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai"ke-Aqi dah-an",
masih banyak ummat Islam yang mengikuti ritual paganisme ini. Bahkan
tidak menutup kemungkinan para ustadz dan ustazdahpun ikut merayakannya
dan terjebak di dalamnya. Apalagi gencarnya media televisi dan media
massa lainnya mempublikasikan
seremonialnya yang terkadang dilakukan oleh beberapa da'i muda atau
yang bergelar ustadz [setengah artis, katanya sih !]. Ditambah lagi
kebiasaan ini sudah jamak dan menjadi hal yang seakan-akan wajib apabila
ada anggota keluarga, rekan atau sahabat yang memperingati hari
lahirnya. Dan tak kurang kelirunya sejak di Taman Kanak-kanak dan SD
sudah diajarkan secara praktek langsung bahkan ada termaktub dalam
buku-buku kurikulum mereka. Wallahu a'lam. Semoga Allah memberikan
hidayah kepada mereka
Selamat"Pendek" Umur
I don't think it's important to celebrate the moment when our chance to live in this world reduce.
Maaf sahabat, tidak mengucapkan"Sel amat
ulang tahun!"bukan berarti kami tidak sayang kamu, tidak ingat kamu,
dan tidak mendoakanmu. Justru kami selalu mendoakan yang terbaik bagimu,
dalam hati
Rasulullah-shal lallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuanny a, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)
Buat yang"ultah", semoga barakah ya umurnya :)
Apakah Rasulullah mengikuti tradisi ulang tahun?
Rasulullah pernah bersabda:"Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga". Para sahabat bertanya,"Apaka h yang engkau maksud adalah kaum Yahudi dan Nasrani wahai Rasulullah?"Ras ulullah menjawab:"Siapa lagi jika bukan mereka?!".
Rasulullah bersabda: “ Man tasabbaha biqaumin fahua minhum” (Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka."( HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar).
Allah berfirman;وَلَن ْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْOran
g-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah : 120)وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ
أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاDan janganlah kamu mengikuti apa yang
kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran ,
pengelihatan, dan hati, semuannya itu akan diminta pertanggungjawa bannya. (QS. Al-Isra’:36)".. .pernah ada temen bilang"apa salahnya siih ngucapin ULTAH kan baik mendo'akan...tp
inilah firman Allah سبحانه وتعالى [ dan kamu mengatakan dengan mulutmu
apa yang tidak kamu ketahui. sedikitpun juga, dan kamu menganggapnya
suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar."QS.
an-Nuur: 15.] :"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak. mengetahui."(Su rah Al-Baqarah ayat 216)
Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup. (Baca buku :parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)
Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga maupun teman, sahabat pada hari ULTAHnya. Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustadz dan ustadzah) pun turut larut dalam tradisi jahiliyah ini.
Sedangkan kita sama-sama tahu bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi kita yg mulia MUHAMMAD Shalallah Alaihi Wasallam, dan kita ketahui Rasulullah adalah orang yang paling mengerti cara bermasyarakat, bersosialisasi, paling tahu bagaimana cara menggembirakan para sahabat-sahabat nya. Rasulullah paling mengerti bagaimana cara mensyukuri hidup dan kenikmatannya.
Rasulullah paling mengerti bagaimana cara menghibur orang yang sedang bersedih. Rasulullah adalah orang yang paling mengerti CARA BERSYUKUR. Adapun tradisi ULANG TAHUN ini merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum paganism, maka Rasulullah memerintahkan untuk menyelisihinya. ..ULANG
TAHUN; tidak ada satu pun di Al qur'an maupun hadis untuk merayakan
ulang tahun sementara petunjuk kita adalah Al Qur'an dan hadits, yg
biasa merayakan ULANG TAHUN adalah orang kafir Paganisme..ada di injil
(Matius14 : 6)
"Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, ditengah-tengah
meraka akan menyukakan hati Herodes. (Matius14 : 6)....nah jelas sudah
apakah kita mau mengikuti kebiasaan2 orang kafir??? Atau menghindarinya
untuk mengikuti aturan Allah
From Group: Manajemen Qolbu
سْـــــــــــــ
Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai"ke-Aqi
Selamat"Pendek"
I don't think it's important to celebrate the moment when our chance to live in this world reduce.
Maaf sahabat, tidak mengucapkan"Sel
Rasulullah-shal
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuanny
Buat yang"ultah", semoga barakah ya umurnya :)
Apakah Rasulullah mengikuti tradisi ulang tahun?
Rasulullah pernah bersabda:"Kamu akan mengkuti cara hidup orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk kedalam lobang biawak kamu pasti akan memasukinya juga". Para sahabat bertanya,"Apaka
Rasulullah bersabda: “ Man tasabbaha biqaumin fahua minhum” (Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka."( HR. Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Umar).
Allah berfirman;وَلَن
Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup. (Baca buku :parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)
Sudah menjadi kebiasaan kita mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga maupun teman, sahabat pada hari ULTAHnya. Bahkan tidak sedikit yang aktif dakwah (ustadz dan ustadzah) pun turut larut dalam tradisi jahiliyah ini.
Sedangkan kita sama-sama tahu bahwa tradisi ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi kita yg mulia MUHAMMAD Shalallah Alaihi Wasallam, dan kita ketahui Rasulullah adalah orang yang paling mengerti cara bermasyarakat, bersosialisasi,
Rasulullah paling mengerti bagaimana cara menghibur orang yang sedang bersedih. Rasulullah adalah orang yang paling mengerti CARA BERSYUKUR. Adapun tradisi ULANG TAHUN ini merupakan tradisi orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum paganism, maka Rasulullah memerintahkan untuk menyelisihinya.
"Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, ditengah-tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar